Analisis mengindikasikan bahwa harga Bitcoin masih memiliki peluang untuk pulih pada bulan November 2025. Faktor-faktor seperti hubungan dagang AS-China yang stabil akan menjadi pendorong utama pemulihan pasar kripto. Catatan dari Tokocrypto menunjukkan bahwa harga Bitcoin mengalami penurunan lebih dari 1,7% dalam 24 jam terakhir, mencapai posisi USD 108.200 atau sekitar Rp 1,79 miliar. Penurunan ini dipicu oleh berbagai faktor makroekonomi, teknikal, dan likuidasi besar-besaran di pasar derivatif kripto.
Komentar dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga pada bulan Desember tidak pasti, telah membuat pasar keuangan global terguncang. Hal ini memicu kekhawatiran investor dan menyebabkan aset seperti emas dan dolar AS menjadi pilihan yang aman. Kondisi ketidakpastian tersebut semakin diperparah dengan kemungkinan penutupan sebagian pemerintahan AS yang telah berlangsung selama 30 hari, menimbulkan ketegangan politik yang mempengaruhi arah kebijakan moneter.
Analis dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyatakan bahwa ketidakpastian terkait suku bunga dan ketegangan politik di AS telah menurunkan minat terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin. Seiring dengan penguatan dolar AS dan pencarian investor akan perlindungan pada aset tradisional, Bitcoin kehilangan daya tariknya dalam jangka pendek. Dalam kondisi seperti ini, prospek harga Bitcoin pada bulan November 2025 tetap menjadi sorotan untuk terus dipantau.
