Indonesia memiliki berbagai isu sosial yang belum sepenuhnya terselesaikan, terutama di area ketimpangan pendapatan, akses pendidikan, kesehatan, keadilan, dan kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rasio Gini, yang merupakan ukuran ketimpangan pendapatan penduduk Indonesia, pada Maret 2025 mencapai 0,375. Meskipun sedikit menurun dari tahun sebelumnya, ketimpangan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.
Permasalahan sosial juga menjadi fokus bagi sektor bisnis, termasuk PT Bank Jago Tbk. Bank Jago, selaku perusahaan, tidak hanya memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dan jasa, tetapi juga berkomitmen untuk memberikan dampak positif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsep multi bottom line, yang menekankan pentingnya perusahaan dalam mengukur dampak sosial dan lingkungan selain kinerja keuangan, menjadi pedoman dalam aktivitas perusahaan.
Menurut Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago, Andy Djiwandono, perusahaan tidak hanya berfokus pada profit, tetapi juga pada dampak sosial yang dihasilkan. Bank Jago, dengan visi untuk meningkatkan kesempatan tumbuh bagi banyak orang melalui solusi keuangan digital, percaya akan konsep tersebut. Bank berbasis teknologi ini melihat kesempatan untuk menciptakan dampak sosial yang signifikan, terutama dalam membantu masyarakat mengatur keuangan mereka dengan lebih baik.
Andy juga menyampaikan bahwa visi Bank Jago beberapa tahun lalu mungkin belum sepenuhnya terdefinisi, namun hal tersebut memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk terlibat langsung dalam pemikiran dan pembentukan produk serta kontribusi yang dapat diberikan kepada masyarakat. Dengan berfokus pada pelayanan finansial yang sederhana dan fundamental, Bank Jago memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi positif bagi banyak orang melalui layanannya.
