Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan kekhawatiran para pakar iklim mengenai kemungkinan kembalinya fenomena iklim El Nino pada tahun 2027. El Nino adalah fenomena yang perlu diwaspadai karena dapat memiliki dampak yang signifikan, mulai dari lingkungan hingga gejolak sosial politik.
Dalam sebuah acara di CNN Indonesia, Dwikorita menjelaskan bahwa El Nino telah terjadi selama empat tahun terakhir, dengan gelombang terbaru terjadi pada tahun 2023 dan sebelumnya pada tahun 2019. Meskipun beberapa negara memperhatikan tren La Nina, BMKG tetap memantau potensi terjadinya El Nino.
Saat ini, suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia di sekitar wilayah Indonesia masih dalam kondisi normal. El Nino sendiri merupakan fenomena yang mempengaruhi pemanasan permukaan air laut di Samudera Pasifik dan dapat mengakibatkan penurunan curah hujan global.
El Nino dan La Nina merupakan bagian dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO), pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut, dengan El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut mencapai atau melebihi +0,5 derajat Celsius. Dampak El Nino tidak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga dapat berdampak pada pertanian, potensi bencana, dan gejolak sosial politik. Dwikorita menyatakan bahwa data menunjukkan adanya korelasi yang erat antara kejadian El Nino dengan gejolak sosial politik di masa lalu, seperti kejadian G30S PKI, Dekrit Presiden, dan reformasi. Dengan demikian, kehadiran El Nino memerlukan pemantauan dan kewaspadaan yang lebih intensif untuk mengatasi potensi dampaknya.
